您的当前位置:首页 > 百科 > Sabai Sabai dan Hidup yang Tak Perlu Terburu 正文
时间:2025-05-21 00:33:34 来源:网络整理 编辑:百科
Jakarta, CNN Indonesia-- Siapa yang menyangka, kota Vientiane, yang sebelumnya tak pernah terlintas quickq网站
Siapa yang menyangka, kota Vientiane, yang sebelumnya tak pernah terlintas di benak saya, menjadi tempat tinggal saya selama enam bulan. Awalnya, saya berpikir, "Vientiane? Bukankah itu mirip dengan Vietnam? Atau mungkin dekat Vienna?"
Ternyata, kota ini adalah ibu kota Laos, negara yang sering disebut "Tanah Terkunci" karena dikelilingi oleh Myanmar, Vietnam, China, Kamboja, dan Thailand. Meski tanpa garis pantai, Laos memikat dengan pegunungan dan hutan-hutannya yang memesona.
Saat saya berpamitan untuk penugasan di Laos, pimpinan saya sempat bertanya dengan nada sedikit meremehkan, "Kenapa harus ke Laos?" Namun, siapa sangka, saya justru jatuh cinta-bukan hanya pada Vientiane, tetapi juga pada orang-orangnya yang hangat dan ramah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, saya sempat mengambil kelas tari Topeng Malangan sebelum berangkat, dengan tujuan mengenalkan tarian khas dari kota kelahiran saya, Malang. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, murid-murid sangat antusias dan kooperatif mengikuti kelas sampai saat ini.
Berbagai macam tujuan mereka mempelajari bahasa Indonesia, antara lain, ingin melanjutkan studi S2 di Indonesia, ingin mengikuti program pertukaran bahasa dan budaya di universitas-universitas Indonesia, ingin berwisata ke Indonesia, dan juga ingin bekerja di sana.
Selama tinggal di Vientiane, saya sering mendengar komentar yang bernada skeptis. Seorang wisatawan pernah berkata, "Nothing to do here right?" Namun, saya berpikir sebaliknya. Justru ada banyak hal yang bisa dilakukan.
![]() |
Mengajar bahasa dan budaya Indonesia, menjelajahi berbagai situs seperti Wat Sisaket, Wat That Luang, Museum Ho Prakheo, Museum Lao Textile, dan Patuxai, hingga berbagi momen memasak dan joging dengan murid-murid, semua memberi warna tersendiri dalam keseharian saya.
Tak lupa, selama penugasan ini, saya juga berhadapan dengan tantangan unik. Salah satunya adalah "jam karet" versi Laos, di mana keterlambatan murid sering terjadi karena budaya Sabai Sabai, yang barangkali serupa dengan sikap santai di Indonesia.
Bersambung ke halaman selanjutnya>>>>>
Saya juga sempat mengambil kursus privat bahasa Lao selama dua bulan sebagai media pendukung pengajaran BIPA, khususnya di kelas BIPA anak dan juga untuk berkomunikasi sehari-hari di pasar atau memberi arahan taksi online.
Selain itu, saya juga harus beradaptasi dengan minimnya makanan halal, dan seringnya bertemu anjing liar saat berjalan-jalan, sebuah pengalaman yang cukup mendebarkan bagi saya.
Sebuah pengalaman berkesan adalah saat mengunjungi Luang Prabang, kota cantik yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Destinasi seperti Air Terjun Kuangsi, Phousi Hill, Wat Xiengthong dan tradisi Takbat, di mana para biksu menerima makanan atau uang dari masyarakat, menjadi pengalaman yang sangat mendalam bagi saya.
Ritual Takbat saat ini sudah menjadi atraksi budaya yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Bahkan, tur wisata dan hotel-hotel di sana menyediakan paket untuk bertakbat. Takbat dilakukan di subuh hari sekitar pukul 5. Masyarakat menunggu biksu datang dengan menggelar tikar dan duduk di di bawah. Para biksu biasa bangun sebelum subuh dan bermeditasi serta berdoa melantunkan pujian.
Setelah itu mereka berjalan menyusuri kota untuk menerima sedekah makanan dari masyarakat yang dimasukkan ke dalam sebuah bejana yang para Biksu bawa. Biasanya masyarakat memberi sedekah berupa nasi ketan, buah-buahan, lauk, makanan ringan dan juga uang.
Biksu dianggap sebagai figur yang dihormati. Mereka memiliki status yang lebih tinggi dalam hierarki sosial karena mereka telah mengabdikan diri untuk kehidupan spiritual dan meditasi.
Dengan ber-takbat masyarakat Laos memercayai karma baik akan datang pada mereka. Walaupun banyak wisatawan berpartisipasi dalam Takbat, saya memilih untuk hanya mengamati, menghormati ritual keagamaan yang sakral tersebut. Juga, bagi saya menghormati tradisi takbat juga merupakan bagian dari toleransi.
Penugasan di Laos tak hanya menambah daftar negara yang saya kunjungi, tapi juga memperkaya pengalaman hidup saya. Laos, dengan segala keunikannya, telah memberikan saya banyak cerita dan pelajaran yang tak terlupakan.
Emiten Sawit ANJT Kantongi Fasilitas Kredit Rp1,6 Triliun dari BCA2025-05-21 00:25
Digambarkan sebagai Cerminan Paus Fransiskus, KWI Beberkan Alasan Vatikan Pilih Nama Paus Leo XIV2025-05-21 00:04
Tawaran Kerja Palsu Makin Marak, KBRI Phnom Penh Perkuat Perlindungan WNI2025-05-20 23:43
Prabowo: Kalau Kita Lemah, Kita Tak Bisa Bantu Palestina!2025-05-20 23:43
Terlambat Jadwalkan Pembahasan APBD2025-05-20 23:38
FOTO: Menengok Pameran Kopi Internasional di JICC2025-05-20 23:18
Prabowo: Kalau Kita Lemah, Kita Tak Bisa Bantu Palestina!2025-05-20 23:16
Puan Minta Pemerintah Jamin Keselamatan WNI yang Terdampak Konflik India2025-05-20 23:12
Salat Jumat Terakhir di Masjid yang Dibangun Ahok, Anies: Mengesankan2025-05-20 22:58
Alasan Gratis Ongkir Dibatasi, Komdigi: Hanya Atur Perang Harga agar Persaingan Sehat2025-05-20 22:44
Respons Agresivitas China, Akademisi Imbau ASEAN Tingkatkan Persatuan2025-05-21 00:16
Komisi I DPR Desak Pemerintah dan TNI Evaluasi Prosedur Pemusnahan Amunisi Imbas Ledakan di Garut2025-05-21 00:05
Lamar Jadi Damkar dan PPSU, Ratusan Warga Serbu Balai Kota DKI: Disuruh Kirim Lamaran ke Sini2025-05-20 23:40
Berebut Turis Arab Saudi dengan RI, Malaysia Incar yang Kaya2025-05-20 23:16
3 Pasangan Bakal Capres2025-05-20 23:13
Pacu Hilirisasi Kelapa Sawit, Kemenperin Dukung Riset MAKSI dan Kimia Farma2025-05-20 22:59
Disebut Menkes Bisa Picu Kematian Dini, Apa Itu Visceral Fat?2025-05-20 22:39
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei: Sejarah hingga Jejak Awal Organisasi Boedi Oetomo!2025-05-20 22:30
PGN Resmi Teken Enam Kontrak Gas di Ajang IPA Convex 20252025-05-20 22:20
Peningkatan Daya Saing Terhambat, Kemenperin Ungkap Alasannya2025-05-20 22:04